Nabi Yusha’ bin Nun adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Islam, meskipun kisahnya tidak banyak diceritakan dalam Al-Qur’an secara langsung. Yusha’ bin Nun adalah salah satu pengikut Nabi Musa a.s. dan dikenal sebagai murid serta pelanjut perjuangan Nabi Musa. Menurut riwayat, Yusha’ bin Nun adalah seorang yang penuh keimanan dan kepatuhan kepada Allah, serta memiliki peran penting dalam melanjutkan tugas kepemimpinan Bani Israil setelah wafatnya Nabi Musa.
Awal Kehidupan dan Peran Bersama Nabi Musa
Yusha’ bin Nun adalah keturunan Bani Israil, dan sejak muda, ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berani. Ia selalu berada di sisi Nabi Musa dan sering disebut sebagai salah satu pemimpin di antara Bani Israil. Dalam beberapa riwayat, dikatakan bahwa ketika Nabi Musa menerima wahyu dari Allah di Gunung Sinai, Yusha’ selalu mendampingi Nabi Musa dalam berbagai momen penting.
Salah satu peristiwa penting yang melibatkan Yusha’ adalah saat Nabi Musa memimpin Bani Israil keluar dari Mesir menuju Tanah yang Dijanjikan. Di tengah perjalanan, Bani Israil mengalami berbagai ujian, salah satunya adalah ketakutan mereka untuk memasuki tanah Kanaan yang telah dijanjikan oleh Allah. Nabi Musa mengutus dua belas pengintai, termasuk Yusha’ bin Nun dan Kaleb bin Yefuneh, untuk menyelidiki keadaan di Kanaan. Saat pengintai lainnya melaporkan bahwa penduduk Kanaan terlalu kuat dan besar, hanya Yusha’ dan Kaleb yang menyarankan agar Bani Israil tetap percaya kepada Allah dan memasuki tanah tersebut dengan keyakinan akan pertolongan-Nya.
Namun, karena ketakutan dan kelemahan iman Bani Israil, mereka menolak untuk memasuki Kanaan. Akibatnya, Allah menghukum mereka dengan menunda kemenangan mereka selama empat puluh tahun, di mana Bani Israil harus berkeliling di padang pasir sebelum akhirnya diizinkan memasuki Tanah yang Dijanjikan.
Kepemimpinan Setelah Wafatnya Nabi Musa
Setelah wafatnya Nabi Musa a.s., kepemimpinan Bani Israil diteruskan kepada Yusha’ bin Nun. Dialah yang akhirnya berhasil memimpin Bani Israil masuk ke Tanah yang Dijanjikan. Menurut riwayat, Yusha’ bin Nun adalah seorang pemimpin yang gagah berani dan bertawakal kepada Allah. Salah satu peristiwa paling terkenal yang melibatkan Yusha’ adalah saat ia memimpin penaklukan kota Yerikho (Jericho).
Dalam perjalanan menuju Yerikho, Yusha’ dan pasukannya mendapatkan banyak hambatan, namun mereka tetap berpegang teguh pada keimanan mereka. Ada satu kisah luar biasa yang diceritakan dalam beberapa riwayat, yakni ketika matahari hampir terbenam, dan Yusha’ merasa bahwa pasukannya tidak akan sempat menaklukkan kota Yerikho sebelum malam tiba. Dalam keadaan itu, Yusha’ berdoa kepada Allah untuk menahan matahari agar tidak terbenam hingga mereka berhasil memenangkan pertempuran. Atas izin Allah, matahari berhenti di tempatnya, memberikan waktu bagi Yusha’ dan pasukannya untuk menuntaskan pertempuran dan menaklukkan Yerikho.
Akhir Hidup Nabi Yusha‘
Setelah menaklukkan Yerikho, Yusha’ bin Nun terus memimpin Bani Israil dalam perjuangan mereka untuk menetap di Tanah yang Dijanjikan. Ia hidup sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana hingga akhir hayatnya. Yusha’ bin Nun wafat pada usia yang cukup tua, dan kepemimpinannya dikenang sebagai masa kejayaan dan keberhasilan Bani Israil dalam memenuhi janji Allah.
Yusha’ bin Nun dalam tradisi Islam dianggap sebagai salah satu nabi yang diutus untuk memimpin kaumnya menuju jalan Allah, meneruskan misi kenabian Nabi Musa a.s.