Kisah Bal ‘am bin Ba ‘ura Ulama Pendukung Penguasa Zalim Demi Harta dan Jabatan

kisah Islami

 

Kisah sorang ulama dari kaum Bani Israel ini telah dikisahkan oleh Allah Swt didalam Al-Quran yang terdapat pada surah Al-A’raf ayat 175-177. Dalam ayat tersebut Allah Swt menyuruh Nabi Muhammad Saw untuk mengisahkan kembali kepada kaum Bani Israel saat itu.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا تْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْۤ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَا نْسَلَخَ مِنْهَا فَاَ تْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَا نَ مِنَ الْغٰوِيْنَ

watlu ‘alaihim naba-allaziii aatainaahu aayaatinaa fangsalakho min-haa fa atba’ahusy-syaithoonu fa kaana minal-ghoowiin

“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat.”

(QS. Al-A’raf 7: Ayat 175)

Dalam ayat tersebut telah dikisahkan bahwa pada masa zaman Nabi Musa, hidup seorang ulama yang doa-doanya selalu di ijabah oleh Allah Swt.  Beliau dikaruniai ilmu yang luas oleh Allah Swt. Selain itu ia diberikan ilmu yang dapat mengenal nama-nama Allah yang Agung. Oleh sebab itu doanya selalu dikabulkan.

Pada suatu hari, Nabi Musa ‘aliahi salam dan rombongannya melakukan perjalanan dari Mesir, lalu mereka singgah disuatu daerah bernama Kan’an dimana Bal ‘am bin Ba ‘ura tinggal. 

Melihat kedatangan Nabi Musa dan rombongannya itu, penguasa dan beberapa pemuka kabilah disana khawatir dan merasa terancam kedudukannya dengan kedatangan Nabi Musa dan rombongannya. 

Sebab kebiasaannya seperti itu karena jika ada orang-orang asing yang masuk ketanah mereka, maka orang-orang itu akan menguasai tanah mereka. Mereka merasa terganggu dan akan melakukan perlawanan untuk mempertahankan eksitensi kedudukan mereka.

Wilayah Kan’an saat itu dikuasai oleh seorang raja yang zalim dan sombong, sehinggga raja tersebut sering melakukan tindakan yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Kedatangan Nabi Musa dan rombongannya membuat penguasa zalim ini terusik, lalu ia meminta kepada Bal’am bin Ba’ura untuk melakukan sesuatu terhadap Nabi Musa dan rombongannya itu didoakan agar mendapat keburukkan serta didoakan agar Nabi Musa dan rombongannya binasa. 

“Wahai Bal ‘am, Musa bin Imran telah datang ditengah-tengah Bani Israel. Kami khawatir kalau mereka akan mengusir kami”. 

“Sesungguhnya kami adalah kaummu, dan engkau adalah orang yang terkabul doanya. Keluar dan berdoalah kepada Allah Swt agar menimpakan keburukan kepada mereka.”

Tadinya Bal ‘am menolak permintaan penguasa zalim itu, karena dia tau bahwa yang datang itu adalah Nabi Musa utusan Allah Swt.

Bal’am akhirnya tergoda karena di imingi-imingi harta dan jabatan lewat istrinya sehingga dia melakukan permintaan penguasa zalim itu. 

Bal ‘am kemudian mengatur strategi guna mempengaruhi kaum Bani Israel dengan cara mengirim wanita-wanita cantik yang tugasnya menggoda kaum laki-laki dari bani Israel untuk diajak berzina. 

Tentu saja strategi itu berhasil karena kaum bani Israel yang sedang melakukan eksodus dari pelarian itu haus akan hasrat hawa nafsu akhirnya mendapat malapetaka, yaitu terserang wabah penyakit.

Nabi Musa melihat kejadian itu, mengetahui bahwa Bal ‘am adalah penyebab tipu daya itu. Kemudian Nabi Musa berdoa kepada Allah Swt, supaya Allah mencabut seluruh ilmu yang ada pada diri Bal ‘am. 

Doa Nabi Musa dikabulkan, sehingga Bal ‘am mengalami kerugian dunia dan akhiratnya. Namun Bal ‘am bukannya bertaubat, tetapi malah dia memperturutkan hawa nafsunya itu.

Bal ‘am kemudian menuju sebuah gunung  yang bernama Husban dengan menunggai keledai dan disana dia dapat melihat langsung Nabi Musa beserta rombongannya dari atas gunung Husban tersebut.

Baru beberapa langkah, keledai yang ia tunggangi menderum tidak mau berjalan lagi. Bal ‘am tetap memaksa keledai itu terus berjalan dengan memukulinya. Bal ‘am sudah terlanjur bergabung dan mendukung penguasa zalim itu seolah tak pernah putus asa untuk melakukan kejahatan terhadap Nabi Musa dan pengikutnya.

Dengan kekuatan doanya, Bal ‘am mulai berdoa dihadapan Nabi Musa dan pengikutnya agar mereka mendapat keburukkan. Tetapi Allah Swt, kemudian memalingkan lisan Bal ‘am sehingga yang keluar dari lisan Bal ‘am adalah doa-doa kebaikan untuk Nabi Musa dan pengikutnya dan doa-doa keburukkan jatuh ke  kaumnya sendiri. 

Mendengar Doa Bal ‘am yang terbalik itu, kemudian kaumnya melakukan protes terhadapnya dengan mengatakan, 

“Wahai Bal’am, Apakah engkau tahu apa yang engkau lakukan? Engkau hanyalah mendoakan kebaikan kepada mereka dan mendoakan keburukan kepada kami ?”.

Ia menjawab, ” Inilah yang tidak aku kuasai. Ini sesuatu yang telah Allah tentukan.” 

Tak disangka kejadian itu membuat lidah Bal ‘am keluar menjulur hingga kedadanya dan mengatakan,

“Sekarang telah hilang dariku dunia dan Akhirat. Tidak tersisa lagi selain makar dan tipu daya, maka aku akan membuat makar dan tipu daya untuk kalian.”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰـكِنَّهٗۤ اَخْلَدَ اِلَى الْاَ رْضِ وَا تَّبَعَ هَوٰٮهُ ۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْـكَلْبِ ۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا ۚ فَا قْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

walau syi-naa larofa’naahu bihaa wa laakinnahuuu akhlada ilal-ardhi wattaba’a hawaah, fa masaluhuu kamasalil-kalb, ing tahmil ‘alaihi yal-has au tatruk-hu yal-has, zaalika masalul-qoumillaziina kazzabuu bi-aayaatinaa, faqshushil-qoshosho la’allahum yatafakkaruun

“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”

(QS. Al-A’raf 7: Ayat 176)

Bencana dan malapetaka kemudian menimpa negeri Kan’an lantaran diserang wabah penyakit menular yang menewaskan sekitar 70 ribu orang. Bal ‘am terus menjulurkan lidahbya seperti anjing dan mati dalam keadaan tanpa iman. 

Beginilah perumpamaan bagi orang-orang yang  telah menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah dan ditukar dengan harta dan jabatan yang tak ada nilai bagi Allah Swt.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

سَآءَ مَثَلًا ٱ لْقَوْمُ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا وَاَ نْفُسَهُمْ كَا نُوْا يَظْلِمُوْنَ

saaa-a masalanil-qoumullaziina kazzabuu bi-aayaatinaa wa angfusahum kaanuu yazhlimuun

“Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; mereka menzalimi diri sendiri.”

(QS. Al-A’raf 7: Ayat 177)

Na ‘udzubillahi min zaalik.

Semoga Kita dapat mengambil i’tibar dari kisah ini dan menjadikan kita tetap istiqomah dalam Iman dan Islam dan dijauhkan dari ulama-ulama su’ dan pemimpin-pemimpin zalim yang dapat membawa kita pada laknat Allah, sehingga kita mendapatkan kerugian di dunia dan di akhirat.

Aamin Ya Robbal ‘alamin.

Wallahu a’lam Bishowab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *