Dikisahkan bahwa ada seorang ulama yang terkenal, dia ulama sufi yang ahli ibadah bernama Ibrahin Bin Adham pernah membeli kurma dari seorang penjual yang sudah tua. Tanpa sepengetahuannya ada dua biji kurma yang jatuh tepat dipinggir kakinya. tanpa berpikir panjang Ibrahim Bin Adham mengambil kurma itu lalu memakannya. Dia begitu yakin bahwa kurma yang jatuh tersebut adalah termasuk kurma yang sudah dibelinya itu.
Setahun kemudian, seperti biasanya Ibrahin binAdham hendak melakukan khalwat dimasjidil Aqsha. Waktu itu ada sebuah aturan yang membatasi orang yang masuk ke masjidil Aqsha untuk Sholat. Jika waktu sudah malam semua orang harus keluar dari masjid Aqsha sebab masjid akan didatangi banyak malaikat yang akan beribadah sepanjang malam. Waktu itu Ibrahim bin Adham bersembunyi diruangan masjid yang bernama Qubbatus Sahra agar dia tidak dukeluarkan oleh petugas.
Ketika waktu malam tiba dan ruangan masjid menjadi sepi, tidak ada satupun orang kecuali Ibrahim bin Adham yang bersembunyi di Qubbatus Sahra sambil melakukan taqarub kepada Allah. Pada waktu yang bersamaan para malaikat berdatangan. Salah satu malaikat tiba-tiba berkata,
“Didalam masjid ini ada seorang manusia!”
“Ya benar, dia adalah Ibrahim bin Adham seorang ahli ibadah dari Kurasan.”
Malaikat yang lain ada yang berkata, “Ya, dia adalah ahli ibadah. Semua amal ibadahnya telah naik ke langit dan langsung diterima setiap hari.”
Malikat yang lain ada yang berkata pula, “Ya memang betul seperti itu, hanya saja ibadahnya selama satu tahun ini terhenti dan tertahan dilangit. Begitu juga doanya sudah tidak pernah dikabulkan lagi lantaran dua biji kurma yang dimakannya satu tahun yang lalu.”
Ibrahim bin Adham mendengar percakapan para malaikat itu membuat dirinya tersentak oleh perkataan malaikat yang terakhir berkata, bahwa amal ibadah dan doanya selama satu tahun itu tidak diterima Allah disebabkan dua biji kurma yang pernah ia makan itu.
ibrahim bin Adham mencoba mengingat tentang dua biji kurma yang pernah ia makan itu, hingga akhirnya ia ingat bahwa satu tahun yang lalu pernah membeli kurma dengan seorang pedagang yang sudah tua dan ada dua biji kurma yang jatuh, sebab dikiranya dua biji kurma yang jatuh itu miliknya, maka ia memakannya.
Besoknya Ibrahim bin Adham bergegas menuju Mekkah untuk memcari pedagang tua yang dulu pernah ia membeli kurma darinya. sampai dikota Mekkah, ia tidak menemukan pedagang tua itu lagi. Tetapi sudah digantikan oleh pedagang kurma lain yang masih muda ditempat dimana ia pernah membeli kurma tersebut. Ibrahim bertanya kepada pedagang kurma yang masih muda itu, “Setahun yang lalu disini ada seorang pedagang kurma yang sudah tua, tolong beritahu aku dimana dia sekarang berada?.”
Pemuda itu menjawab, “Dia adalah ayahku, tetapi dia sudah meninggal!”
Mendengar jawaban itu, Ibrahim bin Adham menjadi sedih, lalu dia bercerita prihal maksud kedatangannya menemui ayah pemuda tersebut tentang dua biji kurma yang pernah ia makan yang dikiranya kurma itu miliknya lantaran jatuh ketika saat membeli kurma itu. Kemudian Ibrahim meminta kepada pemuda itu untuk memberi ridho atas dua biji kurma yang dia makan.
“Ya aku memberi ridha kepadamu atas dua biji kurma itu, tetapi ketahuilah bahwa selain aku ada ahli waris ayahku yang sekarang masih hidup dan mintalah halal juga kepada mereka, yaitu ibuku dan saudara perempuanku.” kata pemuda itu.
Ibrahim bin Adham kemudian mencari dua orang wanita itu untuk meminta kehalalan atas dua biji kurma yang pernah ia makan. Setelah bertemu, Ibrahim merasa lega hatinya sebab dua orang wanita itu juga memberi ridha kepadanya.
Dengan hati yang senang, ia kembali menuju masjid Al- Aqsho untuk bermunajat diwaktu malam kepada Allah. Bersamaan dengan itu datanglah malaikat secara bersamaan untuk beribadah kepada Allah sepanjang malam. Sebagian malaikat ada yang memulai pembicaraan, “Itu dia Ibrahim bin Adham yang setahun lalu amal ibadahnya tergantung dilangit dan kini semuanya amal ibadahnya sudah diterima oleh Allah, karena ia sudah membereskan permasalahan prihal dua biji kurma yang pernah ia makan dahulu.”
Mendengar perkataan malikat itu, Ibrahim bin Adham menangis gembira. Ia kemudia melakukan sujud syukur kepada Allah. Dan pada saat itu ia tidak makan sesuatu kecuali satu minggu sekali dan ia berhati-hati agar tidak memakan makanan yang bukan miliknya.
Hikmah Kisah
Sebagai seorang muslim hendaknya memakan makanan yang halal dan bukan makan apa yang bukan menjadi milik kita. Mungkin kita pernah menyaksikan ketika berada dipasar ada saja seorang pembeli yang suka mencicipi sesuatu tanpa izin dari penjualnya yang belum halal baginya.
Memakan makanan yang subhat atau haram dapat memberikan efek negatif pada kesehatan dan tentunya dapat menyebabkan amal ibadah serta doa kita tertolak. Oleh karena itu terus jaga makanan kita agar tidak tercampur makanan yang subhat apalagi yang haram.
ketahuilah bahwa jika kita punya istri dan anak lalu kita memberi makana dari yang subhat atau haram, sesungguhnya kita sama saja menyuapi istri dan anak-anak kita dengan bara api neraka kedalam mulutnya dan tentunya bara api tersebut dapat merusak perut kita sehingga muncullah berbagai macam penyakit lantaran kita memakan yang bukan milik kita atau memakan makanan yang haram.
Na “udzubillahi min zalik. semoga Allah mengampuni dosa_dosa kita dan menberi rizki yang baik lagi halal.
Wallahu a’lam bishawab.