Mungkin kita masih ingat dengan polemik yang pernah terjadi dinegeri yang berpenduduk mayoritas muslim dan terbesar didunia tentang suara azan atau pengeras suara yang digunakan para muazin untuk mengumandangkan azan sebagai tanda masuknya waktu sholat dan sebagai seruan Allah agar umat Islam bergegas kemasjid untuk melaksanakan shalat secara berjamaah.
Polemik itu menjalar ke saentro negeri dengan berbagai tanggapan pro dan kontra. Suara azan dengan pengeras suaranya dianggap mengganggu oleh sebagian kecil umat minoritas dinegeri itu, bahkan ada beberapa orang yang memberi pandangan soal azan dan cara memaknainya seperti ada yang mengatakan dalam syair atau puisinya yang mengatakan, “Kata kalian Allah itu dekat, kenapa kalian panggil dia dengan pengeras suara.” dan ada juga yang mengatakan bahwa azan itu untuk memanggil Tuhan, kalo dia dekat kenapa cara memanggilnya dengan menggunakan pengeras suara.
Sebuah pertanyaan, apakah benar bahwa azan itu untuk memanggil Allah? jawabannya sudah pasti salah, karena sejak dahulu kala pada masa Nabi Muhammad Saw masih hidup dan orang yang pertama kali mengumandangkan azan yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw adalah Bilal Bin Rabah dan azan itu adalah sebagai tanda masuknya waktu shalat dan menyeru kepada seluruh kaum muslimin mendatangi masjid untuk melaksanakan shalat secara berjamaah bukan azan itu sebagai alat atau suara untuk memanggil Allah untuk shalat karena Allah tidak memiliki kewajiban untuk shalat justru Dia-lah yang memerintahkan manusia yang beriman untuk ruku dan sujud dihadapan-Nya sebagai seorang hamba.
Dari polemik atau permasalahan azan diatas, kami akan menceritakan kembali bagaimana awal mula azan muncul sebagai tanda masuknya waktu shalat dan untuk menyeru umat Islam supaya bergegas kemasjid untuk melaksanakan shalat secara berjamaah.
Sebelum adanya azan untuk memanggil umat Islam shalat dimasjid, dahulu para sahabat dan kaum muslimin lainnya senantiasa berkumpul dimasji pada masa mula-mula hijriyah di Madinah untuk menunggu masuknya waktu shalat, tetapi ketika waktu shalat masuk ada yang tidak mengetahui sebab tidak ada pemberitahuan kala itu. oleh karena itu Nabi saw, mencari cara agar ketika waktu shalat datang ada tanda yang mengawalinya. Namun rasulullah saw, belum menemukan cara itu, walau ada beberapa sahabat yang menyarankan untuk menggunakan lonceng seperti orang-orang Nasrani atau menggunakan terompet seperti orang-orang yahudi dan ada juga yang menyarankan ketika waktu shalat masuk diberi tanda dengan menembakan api dari tempat yang tinggi seperti orang-orang majusi. Saran itu ditolak oleh Nabi Saw, dan Umar Bin Khattab sebab menyerupai tanda seruan orang-orang kafir.
Islam terus berkembang dan para sahabat Nabi dan kaum muslimin sibuk dengan pekerjaannya dan berdakwah untuk menyebar luasa ajaran Islam kepada Manusia sehingga tidak bisa mendatangi masjid untuk shalat, karena satu-satunya masjid yang ada hanya di Madinah.
Kemudian ada sahabat Nabi yang bernama Abdullah Bin Zaid menemui Nabi Saw, untuk menceritakan bahwa ia bermimpi mendengar seruan azan pada malam sebelumnya. Dalam mimpi itu Abdullah Bin Zaid bertemu dengan seseorang yang mengenakkan pakaian berjubah hijau ditangannya dia melihat sedang membawa lonceng, lalu Abdullah Bin Zaid mendekati orang itu dan bertanya apakah dia hendak menjual loncengnya dan Abdullah berniat untuk membeli lonceng tersebut.
Lalu orang berjubah hijau itu bertanya kepada Abdullah Bin Zaid, “Untuk apa akan kau gunakan lonceng ini?” Abdullah Bin Zaid menjawab, “Untuk memanggil orang shalat!” Nah perhatikan ya. kata Abdullah Bin Zaid untuk memanggil orang shalat, pastinya shalat dimasjid ya bukan memanggil Tuhan untuk diajak shalat ya.
Tetapi orang berjubah hijau dalam mimpinya itu justru memberi saran agar menggunakan cara yang lain yang lebih baik dan indah yaitu kalimat seruan yang tersusun baik dan jika dilantunkan akan menghasilkan irama yang indah yang biasa kita dengar sampai saat ini yaitu,
Allahu akbar Allahu akbar
Allahu akbar Allahu Akbar
Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anna muhammadar rasulullah