Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Sahabat Alkisah- Telah dikisah bahwa dahulu kala ada seoarang laki-laki yang tinggal di Basrah, Iraq. Laki-laki ini kerap kalisering melakukan maksiat dan perbuatan maksiatnya itu ia lakukan dengan terang-terangan, sehingga para penduduk atau masyarakat yang tinggal dikota itu sering dibuat resah oleh perbuatannya.
Kebiasaannya yang sering meminum-minuman keras hingga mabuk, nah jika ia sudah mabuk, maka laki-laki ini akan mengganggu orang-orang yang ada disekitarnya, mengancam orang-orang yang sedang lewat, serta perbuatan yang meresahkan lainnya. Dengan perbuatannya itu masyarakat sekitar sangat membencinya.
Hingga suatu hari, penduduk Basrah telah mendapatkan kabar, bahwa orang yang selama ini sangat meresahkan itu dikabarkan meninggal dunia. Betapa senangnya orang dengan mendengar kabar kematian itu, mereka bukan berduka tetapi malah bersuka cita dan bersyukur, karena tidak adalagi orang yang membuat onar dan meresahkan ditempat tinggal mereka.
Laki-laki ahli maksiat ini telah meninggalkan seorang istri dan anak, mereka berduka ditambah lagi dengan kesedihan dimana warga sekitar tidak ada yang datang, baik yang mau mengurus jenazah laki-laki tersebut dari memandikannya, mensahalatinya dan menguburkannya tak ada satupun yang mau membantu atau sekedar menjenguk tidak ada.
Dengan dilanda kecemasan, sang istri kemudian memandikan jenazah suaminya itu sendirian dan tak ada satupun tetangga yang peduli dengan keadaan itu. Istrinya pun harus menyewa dua orang pekerja untuk memikul jenazah suaminya itu ke masjid terdekat untuk dishalati. Lagi-lagi tak ada satupun orang yang mau menyalati jenazah suaminya itu. Sedih, kecewa, cemas meliputi alam pikiran sang istri melihat keadaan si mayit yang tak dipedulikan orang-orang.
Tak lama kemudian datang seoarng laki-laki yang sudah tua yang dikenal kealimannya serta termasuk orang yang ahli ibadah yang datang dari jauh dimana tempat tinggalnya diperbukitan. laki-laki sepuh itu kemudian mengatakan bahwa ia hendak menshalati jenazah suaminya. mendengar perkataan itu sang istri dari jenazah itu kaget sekaligus senang karena ada yang mau menshalati jenazah suamainya.
Sahabat Alkisah, Laki-laki tua yang akan menshalati jenazah ahli maksiat itu rupanya seorang ulama besar. Kehadiran ulama besar itu dilihat oleh warga sekitar, sehingga mereka berduyun-duyun datang yang tadinya tidak peduli, berkat ulama itu maka mereka akhirnya mau mensahalati jenazah ahli maksiat itu. sang istri terharu dan menangis ketika melihat banyaknya orang-orang yang menshalati jenazah suaminya itu.
Setelah jezazah ahli maksiat itu dikuburkan, kemudian beberapa warga menghampiri ulama itu yang merupakan seorang waliyullah. Mereka hendak bertanya alasan sang Wali Allah itu mau menshalati dan menguburkan jenazah yang sudah diketahui adalah seorang ahli maksiat yang suka bikin onar dan meresahkan itu.
Kemudian Sang Waliyullah itu memberitahu alasannya dan berkata,
“Semalam aku bermimpi dan mendengar suara yang mengatakan, ‘Turunlah kamu kepada si fulan karena tidak ada satupun yang mau menshalati jenazahnya. Shalatkanlah ia, sebab ia telah diampuni Allah subhanahu Wa Ta’ala.'”
Rupanya jawaban sang waliyullah itu tak memuaskan mereka, sebab bagaiamana mungkin sang Waliyullah mendapat ilham melalui mimpi diperintahkan mengurusi jezanah ahli maksiat itu tanpa alasan yang tepat.
Waliyullah itu kemudian bertanya kepada istri si mayyit itu tentang sebab suaminya itu diampuni Allah subhanahu Wa Ta’ala padahal ia adalah ahli maksiat semasa hidupnya. Sang istri kemudian mengingat-ingat perbuatan atau amal apa yang dilakukannya sehingga ia mendapat ampunan Allah Subhanahu Wa ta’ala. Sang istripun menjawab pertanyaan Sang Wali Allah itu dan berkata,
“Oh ya, saya ingat sekarang, bahwa suami saya pernah melakukan tiga amalan sebelum ajal menjemputnya.
“Apa itu?”
“Pertama, Suami saya pernah dalam kondisi mabuk hingga waktu subuh, begitu ia mendengar suara azan subuh ia segera mengambil air wudhu, kemudian pergi kemasjid untuk shalat berjamah di masjid.
Kedua, pada suatu malam ia pernah tersadar dari mabuknya. Dipersetiga akhir malam itu ia bersimpuh diatas sajadah dan menangis. Dengan mengangkat kedua tangannya, Aku mendengar ia berdoa, ‘Ya Allah, letak neraka Jahanam manakah yang Engkau kehendaki untuk orang zalim sepertiku?’ Dengan berdoa seperti itu, aku merasakan bahwa suamiku betul-betul memohon belas kasihan dan ampunan-Nya.
Ketiga, dirumah kami tidak pernah sepi dari anak-anak yatim. Suamiku selalu memberi makan, pakaian, dan naungan tempat tinggal untuk mereka. Dengan begitu mereka tidak bersedih hati. Kadang-kadang aku menyangka rasa kasih sayangnya kepada anak-anak yatim melebihi kasih sayangnya terhadap anak kami sendiri.”
Setelah mendengar cerita tersebut, maka hilanglah kesan buruk penduduk Basrah terhadap suaminya itu yang selama ini dikenal sebagai ahli maksiat yang sangat meresahkan menjadi cerita atau sebuah kisah kebaikan seoarng ahli maksiat diakhir ajalnya itu. Ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah ia dapatkan serta semua amalnya menjelang kematiannya diterima Allah sebagai sebuah kebaikkan yang dapat menghantarkan seseoarang kepintu surganya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Wallahu a’lam bi showab.