DALAM sejarah Islam tercatat Atikah binti Zaid merupakan wanita agung yang ikut berbai’at dan hijrah. Parasnya menawan serta berakhlak mulia, namun siapa yang menyangka setiap yang menikahinya meninggal?
Abdullah ibn Abu Bakar ash-Shiddiq r.a terpesona dengan kecantikan Atikah hingga tak mampu menjauh darinya. Wanita yang memiliki perasaan lembut dan halus tiada tara itu pun dinikahinya.
Abdullah yang sudah resmi jadi suami Atikah begitu melekat ke istrinya sehingga lupa waktu salat, lupa perang, dan lain-lain. Oleh karena itu ayahnya memerintahkan Abdullah agar menceraikan wanita cantik tersebut.
Setelah bercerai, Abdullah sangat merana, merasa kehilangan sehingga ayahnya tak tega dan menyuruh putranya untuk rujuk kembali. Mendengar hal ini pun Abdullah sangat bahagia.
Setelah Abdullah-Atikah rujuk, terjadilah Perang Thaif. Abdullah yang berperang bersama Rasulullah terkena panah hingga ia gugur sebagai syuhada.
Setelah kepergian suaminya, Atikah menikah lagi dengan Umar ibn Khatab. Suatu malam Umar tebunuh dalam kegelapan dengan tusukan sebilah pisau beracun. Tragedi kelabu kembali menyelimuti kehidupan Atikah. Ia pun melantunkan suatu syair.
Wahai mata tumpahkanlah air mata dan ratapan
Jangan tunda, atas sang imam yang mulia
Katakan kepada mereka yang sengsara: ‘Matilah!’
Maut memberinya minum dengan gelas kematian
Tak lama kemudian, datang Zubair ibn Awwam untuk melamarnya dan Atikah pun bangkit dari kesedihan. Mereka menjalin kehidupan yang penuh kebahagiaan, ketaatan, dan ketakwaan. Seiring berjalannya waktu, takdir berkata lain karena sang suami gugur dalam pertempuran Wadi as-Siba yang terletak di antara Makkah dan Basrah.
Sumber: Muslim. Okezone.com